Jumat, 19 Desember 2014

Kreativitas pada peserta didik dalam mata pelajaran sejarah




A.    Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini kreativitas sangat diperlukan dalam diri manusia karena dengan persaingan dunia kerja yang semakin ketat. terlebih Pengajaran atau menumbuhkan kreativitas dalam diri peserta didik akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya baik dalam masa persaingan meraih prestasi di sekolah ataupun meraih kesuksesaan ketika mereka telah memasukidunia kerja.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Namun saat ini masih banyak guru yang kurang mampu untuk mencurahkan ide-idenya, sekaligus menumbuhkan daya kreasi, yang seharusnya hal tersebut bisa menjadi sarana untuk mengembangkan potensi anak didik yang usianya masih berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun saat ini kurikulum telah membuka peluang selebar-lebarnya agar pembelajaran mampu menarik daya kreativitas peserta didik, tapi sebagian guru belum mampu untuk dapat memanfaatkanya, sehinga guru belum mampu melakukan perubahan sikap dalam mengajar terutama dalam hal pengembangan daya kreasi. Hal tersebut akan mampu di atasi dengan pengubahan cara pengajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan melihat bagaimana pengajaran yang cocok atau sesuai dengan pengebangan kreativitas anak.
Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan adanya kesulitan metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu faktor bawaan individual sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya.

Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya ;
a.     Utami Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b.      Imam Musbikin (2006 : 6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c.       Mangunhardjana (1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
d.      Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
e.       Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
f.        Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
g.       Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
h.       Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
i.         Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
j.        Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social.
k.      Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1.      Definisi kreativitas dalam dimensi Person. Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2.      Kreativitas dalam dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3.      Definisi Kreativitas dalam dimensi Press. Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4.      Definisi Kreativitas dalam dimensi Product. Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence”
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
B. KONSEP DASAR KREATIVITAS BERDASAR 4 P
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
Pribadi
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
·         Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun keinginan.
·         Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan hal-hal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik.
·         Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
·         Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi.
·         Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan memberikan susana aman dan nyaman.
·         Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas berkreasi.
·         Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
  • Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
  • Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
  • Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
  • Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
  • Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena karyanya dihargai.

C. TEORI PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:
Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama. Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.
c. Teori-Teori tentang ‘Press’
Kreativitas membutuhkan adanya dorongan dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
  • Motivasi untuk Kreativitas. Dorongan ada pada setiap individu dan bersifat universal ada dalam diri individu itu sendiri namun membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
  • Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif. Menurut Rogers, penciptaan kondisi keamanan psikologis dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.
d. Teori Proses Aktif
Teori Proses Kreatif dikemukakan oleh dua Teori, yaitu :
a. Teori Wallace
Wallace menjelaskan pada peringkat awal proses kreativitas adalah mengumpulkan dan menghimpunkan data serta bahan yang diperlukan untuk penyelesaian sesuatu permasalahan atau pemikiran kreatif. Pada peringkat ini juga seseorang individu itu perlu peka terhadap permasalahan ataupun isu yang akan dicoba diselesaikan.
Wallace dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif    meliputi 4 tahap :
  1. Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang lain.
  2. Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
  3. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
  4. Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis)



b. Teori Belahan Otak
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
e. Teori Produk Aktif
Pada pribadi yang kreatif bila memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang memberi  peluang bersibuk diri secara kreatif (proses) maka dapat diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul .
1. Teori Cropley (1994)
Menunjukan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas (persiapan,inkubasi,iluminasi,verifikasi) dan produk psikologis yang bereaksi. Hasil berpikir konvergen, memperoleh pengetahuan dan keterampilan , jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah, individu menggabungkan unsur-unsur mental  sampai timbul konvigurasi. Konvigurasi dapat berupa gagasan, model, tindakan, cara menyusun kata, melodi atau bentuk . Pemikir divergen (kreatif) mampu menggabungkan unsur-unsur mental dengan cara yang tidak lazim atau tidak diduga . konstruksi konvigurasi tersebut tidak hanya memelurkan berpikir konvergen atau divergen saja tapi juga motivasi, karakteristik pribadi yang sesuai . Proses ini disertai dengan perasaan emosi yang dapat menunjang atau menghambat .
2. Bassemer dan Treffirger
Menyarankan produk kreatif digolongkan jadi 3 kategori :
1.      Kebaruan (novelty)
Kebaruan : sejauh mana produk itu baru dalam hal jumlah dan luas proses yang baru, teknik baru, konsep baru, produk kreatif dimasa depan .
Produk itu orisinil : sangat langka diantara produk yang dibuat orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama, juga menimbulkan kejutan dan juga dapat menimbulkan gagasan produk orisinil lainnya .
2.      Pemecahan (resolution)
Menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi masalah .
Ada 3 kriteria dalam hal ini :
-         Produk harus bermakna
-         Produk harus logis
-         Produk harus berguna(dapat diterapkan secara praktis)
3.      Keterperincian (elaboration) dan sintesis
Dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama / serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren .
Ada 5 kriteria untuk dimensi ini :
-         Produk itu harus organis (mempunyai arti dalam penyusunan produk)
-         Elegan yaitu canggih (mempunyai nilai lebih dari yang tampak)
-         Kompleks yaitu , berbagai unsur dapat digabung pada satu tingkat atau lebih
-         Dapat dipahami secara jelas
-         Menunjukkan keterampilan atau keahlian
Produk itu tidak perlu menonjol dalam semua kriteria .


C.Pengajaran Kreativitas
Pendidik dapat secara efektif menerapkan strategi dalam mengajar sehari-hari untuk membantu siswa menggali kreativitas mereka. Anak-anak dapat menjadi kreatif dalam banyak cara, namun sebagian pendidik belum mampu mengembangkan kretivitas yang dimiliki anak tersebut. Guru yang seharusnya menjadi pendidik yang professional pun banyak yang masih belum bisa menggali ataupun mengembangkan kreativitas anak dan malah ada sebagian guru yang menggembok kreativitas peserta didiknya. Psikolog Prof. Dr. Conny Semiawan memberi contoh sikap guru yang mengunci kreativitas dan imajinasi anak; Mereka memberi soal yang punya lebih dari satu jawaban, tetapi ketika siswa memberi jawaban tak sama dengan keinginan guru, jawaban itu dianggap salah. Padahal, fungsi belahan otak kanan adalah berpikir divergen yang menuntut lebih dari satu jawaban benar terhadap masalah multidimensial. Sementara belahan otak kiri lebih banyak merespons hal bersifat linear, logis dan teratur. Conny menjelaskan bahwa pola mengajar dan mendidik seperti itu harus berubah dengan lebih banyak mengajak anak mengamati untuk membuat perbandingan, interpretasi untuk menemukan maksud dan hubungannya, serta menyarankan kemungkinan alternatif penemuan jawaban serta kesimpulan. Kegiatan lain, ramalan untuk melatih penalaran dari pengamatan dan menyimpulan dari pengamatan dan interpretasi, sedangkan eksperimen untuk melatih perencanaan pengamatan dari penerapan teori sampai menguraikan kesimpulannya.
            Ungkapan Conny Semiawan tersebut menuntut agar pendidik tidak terlalu terpaku pada jawabaan yang telah dianggapnya benar, tapi juga berfikir secara divergen atau berbeda, sehingga ketika anak menjawab pertanyaan yang berbeda namun memiliki makna atau kebenaran yang sama, maka pendidik harus membenarkan jawaban tersebut. Anak seharusnya diajak berinterpretasi  untuk menentukan maksud serta hubungan, serta dilatih untuk menentukan alternative jawaban lain. Anak juga diajak untuk melakukan pengamatan dan penelitian kemudian anak diberi keleluasaan untuk melakukan ramalan, atau membuat sebuah laporan tentang apa yang terjadi pada objek yang diamati, setelah melakukan pengamatan tersebut, namun pendidik juga harus membimbing mereka agar hasil pengamatan itu dapat sesuai.
1.    Strategi Pengajaran Kraeativitas
            Strategi pengajaran juga diungkapkan oleh Horng dkk. (2005), yang mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif yang telah terbukti berhasil meningkatkan kreatifitas para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi. Berbagai strategi tersebut ialah :
a.    Pembelajaran yang berpusat pada siswa
            Strategi ini menuntut guru berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek individu atau kelompok. Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk mengeksplorasi berbagai ide yang dipandang menarik oleh para siswa.

b.   Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran
            Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa video terbukti efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. Pelajaran yang difasilitasi oleh penggunaan video akan menjadi lebih atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh para siswa. Mata pelajaran juga akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat menggunakan komputer, transparansi, slide show, dan berbagai peralatan multimedia lainnya.

c.    Strategi manajemen kelas
            Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.

d.   Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata
Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh dalam kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan kreatifitas para siswa.

e.    menggunakan pertanyaan terbuka
            Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok. Berbagai hasil penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru dapat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para siswa agar ”menjadi kreatif”.

      D. Metode yang tepat dalam Pembelajaran Sejarah 

            Metode yang dipergunakan guru perlu mendapat perhatian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Misalnya tujuan pembelajaran untuk menjelaskan tentang reformasi di Indonesia. Guru harus memilih metode yang paling tepat digunakan. Apakah tujuan yang akan dicapai pada ranah kognitif, afektif, atau psychomotor perlu dipertimbangkan guru dalam menentukan metode. Sebaiknya tidak semua materi ajar disampaikan dengan metode yang sama sepanjang tahun. Misalnya pembelajaran sejarah yang bertujuan untuk mengembangkan ranah afektif, metode yang digunakan tidak sama dengan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran pada ranah kognitif. Perbedaan penggunaan metode untuk mencapai ketiga tujuan itu harus tampak pada hasil yang didapat setelah proses pembelajaran selesai. Untuk mencapai ranah afektif diperlukan metode yang membentuk sikap siswa yang menitikberatkan pada perasaan senang ataupun tidak senang terhadap pelajaran sejarah. Sedangkan pencapaian ranah kognitif lebih kepada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sejarah. Sedangkan untuk ranah psychomotorik dititikberatkan pada minat dan bakat siswa. Metode simulasi cocok untuk ranah afektif, dan metode ceramah cocok untuk ranah kognitif.
            Di samping itu, guru sebagai “pemimpin tertinggi” di kelas harus mampu memotivasi siswa melalui metode yang digunakannya agar aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam metode sinektik, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya. Untuk itu siswa harus diberi kebebasan berbicara agar berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran seperti itu akan mendorong siswa untuk bersikap positif. Dalam penggunaan metode simulasi, guru tidak dapat memaksakan skenarionya kepada siswa, karena akan mematikan kreativitas siswa yang membentuk robot-robot yang selalu menurut dalam melakukan perintah dan kehendak guru. Akibatnya siswa tidak mau dan tidak mampu berpikir kreatif, karena siswa berpendapat bahwa tugasnya hanyalah melaksanakan semua tugas yang dibebankan guru. Penggunaan simulasi yang dilaksanakan berdasarkan skenario guru, tidak boleh menghilangkan kebebasan melalui suasana bermain, sesuai dengan yang dikehendaki asal jangan keluar dari alur cerita yang telah disusun guru. Baik melalui metode sinektik maupun simulasi, guru sebaiknya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif agar sejarah diminati siswa.
            Selanjutnya guru dapat memilih satu dan atau beberapa metode
dari metode-metode yang tersedia. Penentuan metode apa yang akan digunakan bergantung kepada beberapa faktor, yaitu: tujuan yang akan dicapai, siswa yang berbagai ragam, besar dan situasi kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan, dan kemampuan profesional guru.
            Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya penanaman konsep adalah metode ceramah. Kondisi yang terjadi tetap komunikasi satu arah di mana yang aktif guru menyampaikan informasi, tidak ada umpan balik dari siswa dan siswa pasif. Melalui ceramah guru tidak hanya dapat menyampaikan fakta yang harus dihafalkan, tetapi juga konsep seperti yang dikemukakan oleh Romiszowski (1986) bahwa ceramah yang tepat pemakaiannya adalah efektif untuk menyampaikan informasi faktual dan penanaman konsep. Ini dipertegas lagi oleh Elzey & Browling (n.d.:3). “In a lecture, the instructor can identify difficult concepts and important points that must be clarified and emphasized and channel the thingking of his students in appropriate directions”.
            Metode lain yang dapat digunakan adalah metode tanya jawab, Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Dengan umpan balik ini guru dapat mengetahui apakah informasi yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh siswa dan apakah siswa dapat memahami atau tidak. Guru mengajukan pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian secara mental siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Dari jawaban yang diberikan siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanya-an yang meminta jawaban lebih lanjut dari siswa (probling questions) baik yang berupa pertanyaan perluasan, klasifikasi, justifikasi, pengalihan, maupun dorongan (Taylor, Verble & Dodd, 1980). Hal ini sangat penting dalam pelajaran sejarah. Dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali tersebut siswa secara aktif berusaha untuk memperoleh jawabannya dan ini akan membantu siswa untuk memahami informasi atau konsep yang diberikan, karena pertanyaan-pertanyaan menggali itu adalah pertanyaan pancingan agar siswa menemukan sendiri jawabannya.
            Graves yang dikutip oleh Seabrook (1991) mengatakan bahwa awal dari suatu jawaban, pemahaman terhadap suatu informasi atau konsep adalah terdapat dalam formulasi suatu pertanyaan. Taylor, Verble & Dodd (1980) lebih tegas lagi mengatakan bahwa suatu pertanyaan adalah merupakan separuh dari jawaban, dan separuhnya lagi adalah jawaban itu sendiri.
              Menurut Reigeluth metode pembelajaran sebagai istilah umum adalah cara untuk menolong seseorang dalam belajar. Dalam arti luas, metode pembelajaran sama dengan strategi pembelajaran disebut taktik pembelajaran. Di sisi lain, teori-teori pembelajaran merupakan panduan mengenai kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, baik strategi maupun taktik pembelajaran. Teori-teori pembelajaran berorientasi pada tujuan pembelajaran dan menawarkan bantuan tentang bagaimana mencapai tujuan yang berbeda sebagaimana dibedakan dengan teori-teori deskriptif yang berorientasi pada kesimpulan dan menawarkan deskripsi mengenai proses alam. Dengan demikian menurut Reigeluth teori-teori pembelajaran harus mengkhususkan pada tiga hal, yaitu: 1) tujuan-tujuan yang berbeda yang mungkin dipilih seseorang untuk dikejar; 2) metode-metode berbeda yang dapat digunakan untuk menolong pembelajar mencapai setiap tujuan dan; 3) kondisi-kondisi berbeda yang mempengaruhi kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan setiap metode untuk menolong mencapai tujuan.
Metode pembelajaran mencakup tiga strategi pokok yaitu strategi pengorganisasian materi ajar, strategi penyampaian materi ajar, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat berbentuk penguasaan yang seharusnya dicapai dan penguasaan yang dapat dicapai siswa.
Pendapat lain tentang tiga komponen pokok pembelajaran yang dikemukakan Reigeluth yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran terikat dalam satu sistem. Metode pembelajaran, terutama dalam aspek strategi pengorganisasian materi ajar, terikat pada karakteristik materi yang diajarkan, yang dapat diorganisasikan pada tahap (level) mikro atau makro. Strategi mikro merupakan metode pembelajaran untuk mengajar ide tunggal, dan strategi makro merupakan metode pembelajaran untuk mengajar beberapa ide. Landa, Scandura dan Reigeluth-Stein semuanya cenderung untuk menekankan pada strategi makro. Sedangkan Gropper, Collins-Stevens and Merrill cenderung untuk memfokuskannya pada strategi mikro. Metode pembelajaran juga ditentukan oleh hasil belajar yang diharapkan.
Hasil ditentukan oleh kondisi dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tersedia berbagai ragam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah. Guru dapat memilih satu metode atau lebih diantara metode-metode yang tersedia. Tidak ada keterbatasan dalam menggunakan metode tertentu untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan suatu metode harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada dasarnya semua metode baik, jangan tanyakan mana yang terbaik atau tidak perlu membandingkannya satu sama lain. Setiap metode mempunyai kekuatan dan kelemahan. Metode apapun yang digunakan, dipengaruhi oleh kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan program dan kegiatan pembelajaran atau tergantung pada kesungguhan guru dalam menggunakan metode yang dipilihnya.
Sikap seorang guru di kelas juga ikut menentukan sikap siswa selama dan setelah selesai pembelajaran. Seorang guru yang sikapnya bersahabat  dengan siswa, mungkin lebih disukai daripada sikap guru yang acuh pada siswa. Tugas-tugas dari guru yang disampaikan pada siswa secara bertubi-tubi mungkin akan dirasakan sebagai beban yang tidak disukai dan tidak mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu sikap guru dan metode yang digunakan guru ikut mewarnai sikap siswa. Tidak ada satupun metode yang cocok untuk semua mata pelajaran,  karena dipengaruhi oleh siapa dan untuk apa metode itu digunakan. Guru tidak boleh fanatik pada satu metode, karena akan menimbulkan kebosanan, baik bagi guru, apalagi bagi siswa. Dengan demikian pemilihan dan penentuan untuk menggunakan suatu metode, selain bergantung pada tujuan yang akan dicapai ,juga dipengaruhi oleh siswa sebagai individu yang beragam,  situasi dan ukuran kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan dan kemampuan profesional guru.
            Kemudian, metode sinektik dapat menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Gordon menyebut metode sinektik sebagai metode untuk meningkatkan kreativitas dengan meningkatkan penggunaan analogi dalam berpikir kreatif. Metode tersebut meliputi beberapa analogi sebagai berikut:
1.      Analogi pribadi yang dapat membawa seseorang ke dalam situasi yang dihadapi secara langsung.
2.      Analogi yang langsung membantu seseorang untuk menemukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi sekaligus solusi yang disarankan.
3.      Analogi simbolik yang menggunakan penilaian objektif, impresional atau imajinasi yang positif untuk menggambarkan suatu masalah.
            Peso, dkk. dalam Joice and Weil mengembangkan metode sinektik. Metode yang unik dan menarik ini merupakan pendekatan baru yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas individu atau kelompok. Pengembangan kreativitas bertujuan agar individu atau kelompok mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran sejarah metode ini akan bermanfaat karena memotivasi siswa untuk mencari tentang ke “mengapa”an sejarah.
Pada awalnya Peso dkk menerapkan prosedur sinektik untuk mengembangkan aktivitas kelompok. Dalam kenyataannya akan berdampak pula pada peningkatan kreativitas individu, karena sinektik yang dirancang untuk meningkatkan kreativitas kelompok bersumber dari saling tukar menukar pengalaman antar individu. Di samping itu sinektik juga menempatkan unsur empati emosional dan irrasional mendampingi kemampuan rasional individu dalam memecahkan masalah. Kondisi ini cocok untuk mengajarkan materi sejarah karena memecahkan masalah dan memahami konsep-konsep sejarah memang memerlukan unsur-unsur tersebut. Misalnya mengapa terjadi perang? Apa sebenarnya konsep perang itu?
            Metode sinektik membantu kreativitas kelompok untuk memecahkan masalah secara bersama-sama mengarahkan alur pikir anggotanya. Dengan demikian partisipasi individu untuk bergabung harus dilandasi oleh perasaan senang dan keinginan yang tinggi dari anggota. Prosedur sinektik dapat dimanfaatkan dalam semua bidang studi. Dua strategi pembelajaran yang mendasari prosedur sinektik menurut Peso adalah (1) menciptakan sesuatu yang baru dan (2) memperkenalkan keanehan.
            Strategi pertama dirancang untuk membantu siswa dalam memahami masalah, ide, dan konsep agar kreativitas siswa dapat berkembang. Strategi ini menggunakan analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak dengan tujuan untuk mengembangkan suatu pemahaman baru tentang konsep atau masalah. Dalam pelajaran sejarah misalnya konsep tentang kebudayaan. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, apakah ada hubungan antara kebudayaan dengan kesenian, mengapa kebudayaan penting untuk dibicarakan.
            Berlainan dengan strategi pertama, strategi kedua dirancang untuk memberikan pemahaman dalam menambah dan memperdalam sesuatu yang baru atau materi yang sulit dipahami, melalui analisis dan konvergensi. Untuk itu siswa diberikan pilihan dengan membedakan karakteristik antara subyek yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya. Misalnya siswa disuruh menjelaskan hubungan antara konsep reformasi dan wanita cantik. Elemen-elemen tentang wanita cantik tertulis pada kolom kiri dan elemen-elemen reformasi pada kolom kanan.
TABEL 4
HUBUNGAN ANTARA KONSEP-KONSEP TENTANG
WANITA CANTIK DAN REFORMASI

No.
Wanita Cantik
Reformasi
1.
Berhias
Perubahan
2.
Individu
Mahasiswa
3.
Tetap Cantik
Masyarakat Adil Makmur
4.
Nalar
Aturan Main
5.
Terlalu Gemuk
Gagal
               
            Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat wacana satu paragraf
tentang hubungan antara reformasi dan wanita cantik tersebut. Misalnya sebagai berikut:
Berhias dalam mempercantik diri merupakan sikap dinamis yang selalu menginginkan perubahan seperti yang diinginkan reformasi. Wanita sebagai individu terus melakukannya agar tetap cantik dan mahasiswa sebagai anggota masyarakat juga melakukannya untuk mencapai tujuan segenap bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Jika wanita cantik tidak menggunakan penalarannya untuk tetap cantik akan terbentuk sebuah sosok yang merupakan perpaduan antara dewi dan si tolol. Demikian juga mahasiswa yang ingin ikut ambil bagian dalam menciptakan masyarakat adil makmur harus melalui aturan main yang jelas. Wanita cantik yang tidak menggunakan otak dalam berdiet atau tidak dapat mengatur cara makan akan menjadi gemuk atau terlalu kurus dan sakit, sehingga tidak cantik lagi. Demikian juga mahasiswa yang mengabaikan aturan main akan gagal dalam mewujudkan reformasi yang dicita-citakan.
Dilihat dari wacana di atas sinektik merupakan metode unik, menarik dan berbeda dari metode-metode lain serta memerlukan kreativitas siswa. Kondisi seperti ini perlu diciptakan dalam pembelajaran sejarah agar siswa menikmatinya. Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan strategi pembelajaran kedua yang tahapan-tahapannya seperti berikut.
TABEL 5
TAHAPAN UNTUK MEMPERKENALKAN KEANEHAN
TAHAP PERTAMA:
INPUT TENTANG KEADAAN YANG SEBENARNYA
TAHAP KEDUA:
ANALOGI LANGSUNG
Guru menyajikan informasi tentang suatu topik yang baru
Guru mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menjabarkannya.
TAHAP KETIGA:
ANALOGI PERSONAL
TAHAP KEEMPAT:
MEMBEDAKAN ANALOGI
Guru menyuruh siswa “menjadi” analogi langsung.
Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi langsung.
TAHAP KELIMA:
MENJELASKAN PERBEDAAN
TAHAP KEENAM:
PENJELAJAHAN
Para siswa menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan-batasan mereka
TAHAP KETUJUH:
MEMBANGKITKAN ANALOGI
Para siswa memberikan analogi sendiri secara
langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaannya.
            Pada strategi pembelajaran kedua diperlukan kreativitas guru untuk memilih dengan cermat informasi berupa topik yang akan disampaikan pada siswa. Dalam hal ini peranan guru sangat penting karena guru bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas tetapi harus aktif dan kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya.
Tujuan strategi pembelajaran yang kedua adalah untuk memecahkan masalah dengan pendekatan baru yang lebih segar. Untuk pelaksanaannya tidak dapat hanya dilakukan sekali, tetapi harus sering berlatih seperti kata Thorndike dalam Law of Exercise yang dikutip Hilgard & Bower bahwa makin sering dilakukan latihan akan meningkatkan kemampuan siswa terhadap sesuatu. Metode sinektik dapat dimanfaatkan oleh siswa semua tingkatan usia. Sinektik merupakan cara baru untuk mengenal ide yang masih “asing’ bagi siswa dan akan menghasilkan perspektif baru.
            Partisipasi aktif siswa dalam kelompok melalui metode sinektik membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan interpersonalnya. Gardner dalam multiple intelegence yang ditulis Amstrong (1995-1995: 79-85) mengatakan bahwa kemampuan interpersonal yang dimiliki individu harus selalu ditingkatkan, terutama dalam memecahkan berbagai masalah.
Metode sinektik hampir sejalan dengan model pertemuan kelas. Perbedaan pertemuan kelas dengan sinektik antara lain pada masalah yang didiskusikan. Dalam pertemuan kelas masalah berasal dari siswa, sedangkan metode sinektik masalah diberikan guru sesuai pokok bahasan yang harus dibicarakan. Kemudian peserta pada pertemuan kelas, bukan teman sekelas, sedangkan peserta pada metode sinektik semuanya teman sekelas. Tindak lanjut yang merupakan tahap akhir pada pertemuan kelas tidak selalu ada pada metode sinektik. Namun keduanya sama-sama mengembangkan daya pikir, nalar, spontanitas dalam upaya siswa untuk memecahkan masalah. Metode sinektik yang melatih siswa untuk memecahkan masalah cocok diberikan di SLTP karena menurut Piaget (1988: 242-245) hanya anak-anak yang berumur 11 tahun ke atas yang mampu memecahkan masalah.
            Dalam memecahkan masalah pada metode sinektik dibutuhkan kreativitas. Jika seorang siswa terlibat dalam kreativitas, akan merasa “hidup” dan berbahagia di tempatnya. Disadari atau tidak, barang-barang yang lebih menarik merupakan hasil kreativitas.

            Ada dua alasan utama mengapa penemuan-penemuan orang kreatif sangat penting, yaitu: hasil kreativitas tersebut memperkaya kebudayaan dan secara tidak langsung meningkatkan pengetahuan. Beberapa orang menyatakan kreativitas adalah pengalih perhatian dari masalah yang membebani, tetapi justru masalah dapat dipecahkan apabila kreatif. Kreativitas mampu menyediakan berbagai jawaban untuk memecahkan masalah kehidupan. Kondisi ini terjadi karena manusia dilahirkan atas dua hal yang bertentangan yaitu mementingkan kepentingan pribadi dan mementingkan kepentingan orang lain, tetapi harus selalu dijaga agar keduanya tetap seimbang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar