A. Pengertian Kreativitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan
yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini
kreativitas sangat diperlukan dalam diri manusia karena dengan persaingan dunia
kerja yang semakin ketat. terlebih Pengajaran atau menumbuhkan kreativitas
dalam diri peserta didik akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya baik dalam
masa persaingan meraih prestasi di sekolah ataupun meraih kesuksesaan ketika
mereka telah memasukidunia kerja.
Dalam
kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga
kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan
situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Namun saat ini masih banyak guru yang kurang mampu
untuk mencurahkan ide-idenya, sekaligus menumbuhkan daya kreasi, yang
seharusnya hal tersebut bisa menjadi sarana untuk mengembangkan potensi anak
didik yang usianya masih berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan.
Meskipun saat ini kurikulum telah membuka peluang selebar-lebarnya agar
pembelajaran mampu menarik daya kreativitas peserta didik, tapi sebagian guru
belum mampu untuk dapat memanfaatkanya, sehinga guru belum mampu melakukan
perubahan sikap dalam mengajar terutama dalam hal pengembangan daya kreasi. Hal
tersebut akan mampu di atasi dengan pengubahan cara pengajaran yang dilakukan
oleh pendidik dengan melihat bagaimana pengajaran yang cocok atau sesuai dengan
pengebangan kreativitas anak.
Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga
kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan
adanya kesulitan metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas
adalah suatu faktor bawaan individual sehingga hanya sedikit yang dapat
dilakukan untuk mengendalikannya.
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya ;
a.
Utami Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan
suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b. Imam Musbikin (2006 :
6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau
tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar
menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan
pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c. Mangunhardjana
(1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna
(useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan,
mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan,
mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
d. Sternberg (1988),
kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis,
yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
e. Baron (1969)
yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru.
f. Supriyadi
dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15) mengutarakan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan
berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diverensiasi, dan integrasi
antara setiap tahap perkembangan.
g. Clark Moustakis
(1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
h. Rhodes, umumnya
kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P
ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam
proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari
lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
i. Hulbeck
(1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the
environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan kreatif
muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya.
j. Haefele
(1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru
yang mempunyai makna social.
k. Torrance (1988),
kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau
hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan
hasil-hasilnya.
Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya,
kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s
Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1.
Definisi kreativitas dalam dimensi
Person. Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan
kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat
disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics
of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the
environment in an unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2.
Kreativitas dalam dimensi Process.
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as
well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk,
2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih
menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dari pendapat
diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia
dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan
variatif (divergensi berpikir).
3.
Definisi Kreativitas dalam dimensi Press.
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan,
baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta
atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan
sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999,
merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The
initiative that one manifests by his power to break away from the usual
sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4.
Definisi Kreativitas dalam dimensi
Product. Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan
kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu
baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang
inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence”
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
B. KONSEP
DASAR KREATIVITAS BERDASAR 4 P
Strategi 4P
yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat
membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada
dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa
mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua
dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan
dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
Pribadi
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
·
Memahami bahwa setiap anak memiliki
pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun keinginan.
·
Menghargai keunikan kreativitas yang
dimiliki anak, dan bukan mengharapkan hal-hal yang sama antara satu anak dengan
anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas
juga merupakan sesuatu yang unik.
·
Jangan membanding-bandingkan anak
karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan serta ketebatasannya
masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan kembangkanlah bakat dan kelebihan
yang dimilikinya.
Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
·
Berilah fasilitas dan sarana bagi
mereka untuk berkreasi, misalnya melalui mainan-mainan yang bisa merangsang
daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan alat dapur dan
sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan
langsung jadi.
·
Ciptakan lingkungan keluarga yang
mendukung kreatifitas anak dengan memberikan susana aman dan nyaman.
·
Hindari membatasai ruang gerak anak
didalam rumah karena takut ada barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara
ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau
mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang
aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas
berkreasi.
·
Disiplin tetap diperlukan agar
ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
- Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
- Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
- Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
- Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
- Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena karyanya dihargai.
C. TEORI
PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF
a. Teori
Psikoanalisa
Psikoanalisa
memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya
dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang
yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan
gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi
pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun
tokoh-tokohnya adalah:
Sigmund Freud. Ia
menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak
sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau
yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi
produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat
tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab
utama dari kreativitas.
Ernest Kris. Ia
menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya
yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak
memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
Carl Jung. Ia juga
percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam
kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa
lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan,
teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan
kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori
Humanistik
Humanistik
lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat
tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada
usia lima tahun pertama. Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai
naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan
itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah
hingga yang tertinggi. Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi
yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai
situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman
atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.
c.
Teori-Teori tentang ‘Press’
Kreativitas
membutuhkan adanya dorongan dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)
maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
- Motivasi untuk Kreativitas. Dorongan ada pada setiap individu dan bersifat universal ada dalam diri individu itu sendiri namun membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
- Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif. Menurut Rogers, penciptaan kondisi keamanan psikologis dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.
d. Teori
Proses Aktif
Teori Proses
Kreatif dikemukakan oleh dua Teori, yaitu :
a. Teori
Wallace
Wallace
menjelaskan pada peringkat awal proses kreativitas adalah mengumpulkan dan
menghimpunkan data serta bahan yang diperlukan untuk penyelesaian sesuatu
permasalahan atau pemikiran kreatif. Pada peringkat ini juga seseorang individu
itu perlu peka terhadap permasalahan ataupun isu yang akan dicoba diselesaikan.
Wallace
dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif
meliputi 4 tahap :
- Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang lain.
- Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
- Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
- Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis)
b. Teori
Belahan Otak
Perkembangan kreativitas
sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas
sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas,
misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere
Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya
terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan
belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara
berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah
kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
e. Teori
Produk Aktif
Pada pribadi yang kreatif bila memiliki kondisi pribadi dan lingkungan
yang memberi peluang bersibuk diri secara kreatif (proses) maka dapat
diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul .
1. Teori
Cropley (1994)
Menunjukan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas
(persiapan,inkubasi,iluminasi,verifikasi) dan produk psikologis yang bereaksi. Hasil
berpikir konvergen, memperoleh pengetahuan dan keterampilan , jika dihadapkan
dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah, individu
menggabungkan unsur-unsur mental sampai timbul konvigurasi. Konvigurasi
dapat berupa gagasan, model, tindakan, cara menyusun kata, melodi atau bentuk .
Pemikir divergen (kreatif) mampu menggabungkan unsur-unsur mental dengan cara
yang tidak lazim atau tidak diduga . konstruksi konvigurasi tersebut tidak
hanya memelurkan berpikir konvergen atau divergen saja tapi juga motivasi,
karakteristik pribadi yang sesuai . Proses ini disertai dengan perasaan emosi
yang dapat menunjang atau menghambat .
2.
Bassemer dan Treffirger
Menyarankan produk kreatif digolongkan jadi 3 kategori :
1.
Kebaruan (novelty)
Kebaruan : sejauh
mana produk itu baru dalam hal jumlah dan luas proses yang baru, teknik baru,
konsep baru, produk kreatif dimasa depan .
Produk itu
orisinil : sangat langka diantara produk yang dibuat orang dengan pengalaman
dan pelatihan yang sama, juga menimbulkan kejutan dan juga dapat menimbulkan
gagasan produk orisinil lainnya .
2.
Pemecahan (resolution)
Menyangkut derajat
sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi masalah .
Ada 3 kriteria
dalam hal ini :
-
Produk harus bermakna
-
Produk harus logis
-
Produk harus berguna(dapat diterapkan secara praktis)
3.
Keterperincian (elaboration) dan sintesis
Dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan
unsur-unsur yang tidak sama / serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan
koheren .
Ada 5 kriteria untuk dimensi ini :
-
Produk itu harus organis (mempunyai arti dalam penyusunan produk)
-
Elegan yaitu canggih (mempunyai nilai lebih dari yang tampak)
-
Kompleks yaitu , berbagai unsur dapat digabung pada satu tingkat atau lebih
-
Dapat dipahami secara jelas
-
Menunjukkan keterampilan atau keahlian
Produk itu tidak perlu menonjol
dalam semua kriteria .
C.Pengajaran Kreativitas
Pendidik dapat secara efektif menerapkan strategi
dalam mengajar sehari-hari untuk membantu siswa menggali kreativitas mereka. Anak-anak dapat menjadi
kreatif dalam banyak cara, namun sebagian pendidik belum mampu mengembangkan
kretivitas yang dimiliki anak tersebut. Guru yang seharusnya menjadi pendidik
yang professional pun banyak yang masih belum bisa menggali ataupun
mengembangkan kreativitas anak dan malah ada sebagian guru yang menggembok
kreativitas peserta didiknya. Psikolog Prof. Dr. Conny Semiawan
memberi contoh sikap guru yang mengunci kreativitas dan imajinasi anak; Mereka
memberi soal yang punya lebih dari satu jawaban, tetapi ketika siswa memberi
jawaban tak sama dengan keinginan guru, jawaban itu dianggap salah. Padahal,
fungsi belahan otak kanan adalah berpikir divergen yang menuntut lebih dari
satu jawaban benar terhadap masalah multidimensial. Sementara belahan otak kiri
lebih banyak merespons hal bersifat linear, logis dan teratur. Conny
menjelaskan bahwa pola mengajar dan mendidik seperti itu harus berubah dengan
lebih banyak mengajak anak mengamati untuk membuat perbandingan, interpretasi
untuk menemukan maksud dan hubungannya, serta menyarankan kemungkinan
alternatif penemuan jawaban serta kesimpulan. Kegiatan lain, ramalan untuk
melatih penalaran dari pengamatan dan menyimpulan dari pengamatan dan
interpretasi, sedangkan eksperimen untuk melatih perencanaan pengamatan dari
penerapan teori sampai menguraikan kesimpulannya.
Ungkapan Conny Semiawan tersebut menuntut agar pendidik tidak terlalu terpaku
pada jawabaan yang telah dianggapnya benar, tapi juga berfikir secara divergen
atau berbeda, sehingga ketika anak menjawab pertanyaan yang berbeda namun
memiliki makna atau kebenaran yang sama, maka pendidik harus membenarkan
jawaban tersebut. Anak seharusnya diajak berinterpretasi untuk menentukan
maksud serta hubungan, serta dilatih untuk menentukan alternative jawaban lain.
Anak juga diajak untuk melakukan pengamatan dan penelitian kemudian anak diberi
keleluasaan untuk melakukan ramalan, atau membuat sebuah laporan tentang apa
yang terjadi pada objek yang diamati, setelah melakukan pengamatan tersebut,
namun pendidik juga harus membimbing mereka agar hasil pengamatan itu dapat
sesuai.
1.
Strategi
Pengajaran Kraeativitas
Strategi pengajaran juga diungkapkan oleh Horng dkk. (2005), yang mengemukakan
berbagai strategi pengajaran kreatif yang telah terbukti berhasil meningkatkan
kreatifitas para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai
aktivitas yang terintegrasi. Berbagai strategi tersebut ialah :
a. Pembelajaran yang berpusat pada
siswa
Strategi ini menuntut guru berperan sebagai fasilitator yang menolong para
siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan
presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru
juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang
berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang
akan mereka gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut
akan membuat para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu
menunjukkan kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek
individu atau kelompok. Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk
mengeksplorasi berbagai ide yang dipandang menarik oleh para siswa.
b. Penggunaan berbagai peralatan bantu
dalam pengajaran
Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam
mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para
siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk
menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan
memicu diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan
bahwa video terbukti efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa.
Pelajaran yang difasilitasi oleh penggunaan video akan menjadi lebih atraktif,
menarik, dan lebih mudah diingat oleh para siswa. Mata pelajaran juga akan
lebih atraktif dan menstimulasi pada saat menggunakan komputer, transparansi, slide
show, dan berbagai peralatan multimedia lainnya.
c. Strategi manajemen kelas
Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang
bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan
individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh
yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak
menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa
mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan,
pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya
sebagai referensi. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi
jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar
yang santai.
d. Menghubungkan isi pengajaran dengan
konteks kehidupan nyata
Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan
konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para
siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon,
berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para
siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh dalam
kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka pelajari, dan menghubungkan
apa yang mereka pelajari dengan berbagai pengalaman kehidupan. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya memusatkan pada peningkatan
keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan
membebaskan kreatifitas para siswa.
e. menggunakan pertanyaan terbuka
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir
kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan
terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga
selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi
kelompok. Berbagai hasil penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa
para guru dapat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para
siswa agar ”menjadi kreatif”.
D. Metode yang
tepat dalam Pembelajaran Sejarah
Metode yang dipergunakan guru perlu mendapat perhatian agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Misalnya tujuan pembelajaran untuk menjelaskan tentang
reformasi di Indonesia. Guru harus memilih metode yang paling tepat digunakan.
Apakah tujuan yang akan dicapai pada ranah kognitif, afektif, atau psychomotor
perlu dipertimbangkan guru dalam menentukan metode. Sebaiknya tidak semua
materi ajar disampaikan dengan metode yang sama sepanjang tahun. Misalnya
pembelajaran sejarah yang bertujuan untuk mengembangkan ranah afektif, metode
yang digunakan tidak sama dengan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
ranah kognitif. Perbedaan penggunaan metode untuk mencapai ketiga tujuan itu
harus tampak pada hasil yang didapat setelah proses pembelajaran selesai. Untuk
mencapai ranah afektif diperlukan metode yang membentuk sikap siswa yang
menitikberatkan pada perasaan senang ataupun tidak senang terhadap pelajaran
sejarah. Sedangkan pencapaian ranah kognitif lebih kepada pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang sejarah. Sedangkan untuk ranah psychomotorik
dititikberatkan pada minat dan bakat siswa. Metode simulasi cocok untuk ranah
afektif, dan metode ceramah cocok untuk ranah kognitif.
Di samping itu, guru sebagai “pemimpin tertinggi” di kelas harus mampu
memotivasi siswa melalui metode yang digunakannya agar aktif dalam proses
pembelajaran. Misalnya dalam metode sinektik, siswa diberi kebebasan untuk
mengembangkan kreativitasnya. Untuk itu siswa harus diberi kebebasan berbicara
agar berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran seperti itu
akan mendorong siswa untuk bersikap positif. Dalam penggunaan metode simulasi,
guru tidak dapat memaksakan skenarionya kepada siswa, karena akan mematikan
kreativitas siswa yang membentuk robot-robot yang selalu menurut dalam
melakukan perintah dan kehendak guru. Akibatnya siswa tidak mau dan tidak mampu
berpikir kreatif, karena siswa berpendapat bahwa tugasnya hanyalah melaksanakan
semua tugas yang dibebankan guru. Penggunaan simulasi yang dilaksanakan
berdasarkan skenario guru, tidak boleh menghilangkan kebebasan melalui suasana
bermain, sesuai dengan yang dikehendaki asal jangan keluar dari alur cerita
yang telah disusun guru. Baik melalui metode sinektik maupun simulasi, guru
sebaiknya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif agar sejarah
diminati siswa.
Selanjutnya guru dapat memilih satu dan atau beberapa metode
dari metode-metode yang tersedia. Penentuan metode apa yang akan digunakan bergantung kepada beberapa faktor, yaitu: tujuan yang akan dicapai, siswa yang berbagai ragam, besar dan situasi kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan, dan kemampuan profesional guru.
dari metode-metode yang tersedia. Penentuan metode apa yang akan digunakan bergantung kepada beberapa faktor, yaitu: tujuan yang akan dicapai, siswa yang berbagai ragam, besar dan situasi kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan, dan kemampuan profesional guru.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya penanaman
konsep adalah metode ceramah. Kondisi yang terjadi tetap komunikasi satu arah
di mana yang aktif guru menyampaikan informasi, tidak ada umpan balik dari siswa
dan siswa pasif. Melalui ceramah guru tidak hanya dapat menyampaikan fakta yang
harus dihafalkan, tetapi juga konsep seperti yang dikemukakan oleh Romiszowski
(1986) bahwa ceramah yang tepat pemakaiannya adalah efektif untuk menyampaikan
informasi faktual dan penanaman konsep. Ini dipertegas lagi oleh Elzey &
Browling (n.d.:3). “In a lecture, the instructor can identify difficult
concepts and important points that must be clarified and emphasized and channel
the thingking of his students in appropriate directions”.
Metode lain yang dapat digunakan adalah metode tanya jawab, Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik. Komunikasi yang terjadi
adalah komunikasi dua arah. Dengan umpan balik ini guru dapat mengetahui apakah
informasi yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh siswa dan apakah
siswa dapat memahami atau tidak. Guru mengajukan pertanyaan, siswa diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian secara mental
siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Dari jawaban yang diberikan siswa,
guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanya-an yang meminta jawaban lebih lanjut
dari siswa (probling questions) baik yang berupa pertanyaan perluasan, klasifikasi, justifikasi,
pengalihan, maupun dorongan (Taylor, Verble & Dodd, 1980). Hal ini sangat
penting dalam pelajaran sejarah. Dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
menggali tersebut siswa secara aktif berusaha untuk memperoleh jawabannya dan
ini akan membantu siswa untuk memahami informasi atau konsep yang diberikan,
karena pertanyaan-pertanyaan menggali itu adalah pertanyaan pancingan agar
siswa menemukan sendiri jawabannya.
Graves yang dikutip oleh Seabrook (1991) mengatakan bahwa awal dari suatu
jawaban, pemahaman terhadap suatu informasi atau konsep adalah terdapat dalam
formulasi suatu pertanyaan. Taylor, Verble & Dodd (1980) lebih tegas lagi
mengatakan bahwa suatu pertanyaan adalah merupakan separuh dari jawaban, dan
separuhnya lagi adalah jawaban itu sendiri.
Menurut Reigeluth metode pembelajaran sebagai
istilah umum adalah cara untuk menolong seseorang dalam belajar. Dalam arti
luas, metode pembelajaran sama dengan strategi pembelajaran disebut taktik
pembelajaran. Di sisi lain, teori-teori pembelajaran merupakan panduan mengenai
kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan metode pembelajaran yang berbeda,
baik strategi maupun taktik pembelajaran. Teori-teori pembelajaran berorientasi
pada tujuan pembelajaran dan menawarkan bantuan tentang bagaimana mencapai
tujuan yang berbeda sebagaimana dibedakan dengan teori-teori deskriptif yang
berorientasi pada kesimpulan dan menawarkan deskripsi mengenai proses alam.
Dengan demikian menurut Reigeluth teori-teori pembelajaran harus mengkhususkan
pada tiga hal, yaitu: 1) tujuan-tujuan yang berbeda yang mungkin dipilih
seseorang untuk dikejar; 2) metode-metode berbeda yang dapat digunakan untuk
menolong pembelajar mencapai setiap tujuan dan; 3) kondisi-kondisi berbeda yang
mempengaruhi kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan setiap metode untuk
menolong mencapai tujuan.
Metode
pembelajaran mencakup tiga strategi pokok yaitu strategi pengorganisasian
materi ajar, strategi penyampaian materi ajar, dan strategi pengelolaan
pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat berbentuk penguasaan yang seharusnya
dicapai dan penguasaan yang dapat dicapai siswa.
Pendapat
lain tentang tiga komponen pokok pembelajaran yang dikemukakan Reigeluth yaitu
kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran terikat dalam
satu sistem. Metode pembelajaran, terutama dalam aspek strategi
pengorganisasian materi ajar, terikat pada karakteristik materi yang diajarkan,
yang dapat diorganisasikan pada tahap (level) mikro atau makro. Strategi mikro
merupakan metode pembelajaran untuk mengajar ide tunggal, dan strategi makro
merupakan metode pembelajaran untuk mengajar beberapa ide. Landa, Scandura dan
Reigeluth-Stein semuanya cenderung untuk menekankan pada strategi makro.
Sedangkan Gropper, Collins-Stevens and Merrill cenderung untuk memfokuskannya
pada strategi mikro. Metode pembelajaran juga ditentukan oleh hasil belajar
yang diharapkan.
Hasil
ditentukan oleh kondisi dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dapat
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tersedia berbagai ragam
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah. Guru dapat memilih satu
metode atau lebih diantara metode-metode yang tersedia. Tidak ada keterbatasan
dalam menggunakan metode tertentu untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan
suatu metode harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada dasarnya semua
metode baik, jangan tanyakan mana yang terbaik atau tidak perlu
membandingkannya satu sama lain. Setiap metode mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Metode apapun yang digunakan, dipengaruhi oleh kesungguhan seorang
guru dalam melaksanakan program dan kegiatan pembelajaran atau tergantung pada
kesungguhan guru dalam menggunakan metode yang dipilihnya.
Sikap
seorang guru di kelas juga ikut menentukan sikap siswa selama dan setelah
selesai pembelajaran. Seorang guru yang sikapnya bersahabat dengan siswa,
mungkin lebih disukai daripada sikap guru yang acuh pada siswa. Tugas-tugas
dari guru yang disampaikan pada siswa secara bertubi-tubi mungkin akan
dirasakan sebagai beban yang tidak disukai dan tidak mendorong siswa untuk belajar.
Oleh karena itu sikap guru dan metode yang digunakan guru ikut mewarnai sikap
siswa. Tidak ada satupun metode yang cocok untuk semua mata pelajaran,
karena dipengaruhi oleh siapa dan untuk apa metode itu digunakan. Guru tidak
boleh fanatik pada satu metode, karena akan menimbulkan kebosanan, baik bagi
guru, apalagi bagi siswa. Dengan demikian pemilihan dan penentuan untuk
menggunakan suatu metode, selain bergantung pada tujuan yang akan dicapai ,juga
dipengaruhi oleh siswa sebagai individu yang beragam, situasi dan ukuran
kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan dan kemampuan
profesional guru.
Kemudian, metode sinektik dapat menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan
pembelajaran sejarah. Gordon menyebut metode sinektik sebagai metode untuk
meningkatkan kreativitas dengan meningkatkan penggunaan analogi dalam berpikir
kreatif. Metode tersebut meliputi beberapa analogi sebagai berikut:
1. Analogi
pribadi yang dapat membawa seseorang ke dalam situasi yang dihadapi secara
langsung.
2. Analogi yang
langsung membantu seseorang untuk menemukan pemecahan masalah yang sedang
dihadapi sekaligus solusi yang disarankan.
3. Analogi
simbolik yang menggunakan penilaian objektif, impresional atau imajinasi yang
positif untuk menggambarkan suatu masalah.
Peso, dkk. dalam Joice and Weil mengembangkan metode
sinektik. Metode yang unik dan menarik ini merupakan pendekatan baru yang
dirancang untuk mengembangkan kreativitas individu atau kelompok. Pengembangan
kreativitas bertujuan agar individu atau kelompok mampu memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam pembelajaran sejarah metode ini akan bermanfaat karena
memotivasi siswa untuk mencari tentang ke “mengapa”an sejarah.
Pada awalnya Peso dkk menerapkan prosedur
sinektik untuk mengembangkan aktivitas kelompok. Dalam kenyataannya akan
berdampak pula pada peningkatan kreativitas individu, karena sinektik yang
dirancang untuk meningkatkan kreativitas kelompok bersumber dari saling tukar
menukar pengalaman antar individu. Di samping itu sinektik juga menempatkan
unsur empati emosional dan irrasional mendampingi kemampuan rasional individu
dalam memecahkan masalah. Kondisi ini cocok untuk mengajarkan materi sejarah
karena memecahkan masalah dan memahami konsep-konsep sejarah memang memerlukan
unsur-unsur tersebut. Misalnya mengapa terjadi perang? Apa sebenarnya konsep
perang itu?
Metode sinektik membantu kreativitas kelompok untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama mengarahkan alur pikir anggotanya. Dengan demikian
partisipasi individu untuk bergabung harus dilandasi oleh perasaan senang dan
keinginan yang tinggi dari anggota. Prosedur sinektik dapat dimanfaatkan dalam
semua bidang studi. Dua strategi pembelajaran yang mendasari prosedur sinektik menurut
Peso adalah (1) menciptakan sesuatu yang baru dan (2) memperkenalkan keanehan.
Strategi pertama dirancang untuk membantu siswa dalam memahami masalah, ide,
dan konsep agar kreativitas siswa dapat berkembang. Strategi ini menggunakan
analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak dengan tujuan untuk
mengembangkan suatu pemahaman baru tentang konsep atau masalah. Dalam pelajaran
sejarah misalnya konsep tentang kebudayaan. Apa yang dimaksud dengan
kebudayaan, apakah ada hubungan antara kebudayaan dengan kesenian, mengapa
kebudayaan penting untuk dibicarakan.
Berlainan dengan strategi pertama, strategi kedua dirancang untuk memberikan
pemahaman dalam menambah dan memperdalam sesuatu yang baru atau materi yang
sulit dipahami, melalui analisis dan konvergensi. Untuk itu siswa diberikan
pilihan dengan membedakan karakteristik antara subyek yang dikenalnya dengan
yang tidak dikenalnya. Misalnya siswa disuruh menjelaskan hubungan antara
konsep reformasi dan wanita cantik. Elemen-elemen tentang wanita cantik
tertulis pada kolom kiri dan elemen-elemen reformasi pada kolom kanan.
TABEL 4
HUBUNGAN ANTARA KONSEP-KONSEP TENTANG
WANITA CANTIK DAN REFORMASI
No.
|
Wanita Cantik
|
Reformasi
|
1.
|
Berhias
|
Perubahan
|
2.
|
Individu
|
Mahasiswa
|
3.
|
Tetap Cantik
|
Masyarakat Adil Makmur
|
4.
|
Nalar
|
Aturan Main
|
5.
|
Terlalu Gemuk
|
Gagal
|
Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat wacana satu paragraf
tentang hubungan antara reformasi dan wanita cantik tersebut. Misalnya sebagai berikut:
tentang hubungan antara reformasi dan wanita cantik tersebut. Misalnya sebagai berikut:
Berhias dalam mempercantik diri merupakan sikap
dinamis yang selalu menginginkan perubahan seperti yang diinginkan reformasi.
Wanita sebagai individu terus melakukannya agar tetap cantik dan mahasiswa
sebagai anggota masyarakat juga melakukannya untuk mencapai tujuan segenap
bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Jika wanita cantik tidak
menggunakan penalarannya untuk tetap cantik akan terbentuk sebuah sosok yang
merupakan perpaduan antara dewi dan si tolol. Demikian juga mahasiswa yang
ingin ikut ambil bagian dalam menciptakan masyarakat adil makmur harus melalui
aturan main yang jelas. Wanita cantik yang tidak menggunakan otak dalam berdiet
atau tidak dapat mengatur cara makan akan menjadi gemuk atau terlalu kurus dan
sakit, sehingga tidak cantik lagi. Demikian juga mahasiswa yang mengabaikan
aturan main akan gagal dalam mewujudkan reformasi yang dicita-citakan.
Dilihat dari wacana di atas sinektik merupakan
metode unik, menarik dan berbeda dari metode-metode lain serta memerlukan
kreativitas siswa. Kondisi seperti ini perlu diciptakan dalam pembelajaran
sejarah agar siswa menikmatinya. Selanjutnya dalam penelitian ini akan
digunakan strategi pembelajaran kedua yang tahapan-tahapannya seperti berikut.
TABEL 5
TAHAPAN UNTUK MEMPERKENALKAN KEANEHAN
|
|
TAHAP PERTAMA:
INPUT TENTANG KEADAAN YANG SEBENARNYA
|
TAHAP KEDUA:
ANALOGI LANGSUNG
|
Guru menyajikan informasi
tentang suatu topik yang baru
|
Guru mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menjabarkannya.
|
TAHAP KETIGA:
ANALOGI PERSONAL
|
TAHAP KEEMPAT:
MEMBEDAKAN ANALOGI
|
Guru menyuruh siswa “menjadi” analogi langsung.
|
Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru
dengan analogi langsung.
|
TAHAP KELIMA:
MENJELASKAN PERBEDAAN
|
TAHAP KEENAM:
PENJELAJAHAN
|
Para siswa menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai
|
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan-batasan
mereka
|
TAHAP KETUJUH:
MEMBANGKITKAN ANALOGI
|
|
Para siswa memberikan analogi sendiri secara
langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaannya.
|
Pada strategi pembelajaran kedua diperlukan kreativitas guru untuk memilih
dengan cermat informasi berupa topik yang akan disampaikan pada siswa. Dalam
hal ini peranan guru sangat penting karena guru bukan hanya sekedar orang yang
berdiri di depan kelas tetapi harus aktif dan kreatif dalam mengarahkan
perkembangan anak didiknya.
Tujuan strategi pembelajaran yang kedua adalah
untuk memecahkan masalah dengan pendekatan baru yang lebih segar. Untuk
pelaksanaannya tidak dapat hanya dilakukan sekali, tetapi harus sering berlatih
seperti kata Thorndike dalam Law of Exercise yang dikutip Hilgard & Bower
bahwa makin sering dilakukan latihan akan meningkatkan kemampuan siswa terhadap
sesuatu. Metode sinektik dapat dimanfaatkan oleh siswa semua tingkatan usia.
Sinektik merupakan cara baru untuk mengenal ide yang masih “asing’ bagi siswa
dan akan menghasilkan perspektif baru.
Partisipasi aktif siswa dalam kelompok melalui metode sinektik membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan interpersonalnya. Gardner dalam multiple
intelegence yang ditulis Amstrong (1995-1995: 79-85) mengatakan bahwa kemampuan
interpersonal yang dimiliki individu harus selalu ditingkatkan, terutama dalam
memecahkan berbagai masalah.
Metode sinektik hampir sejalan dengan model
pertemuan kelas. Perbedaan pertemuan kelas dengan sinektik antara lain pada
masalah yang didiskusikan. Dalam pertemuan kelas masalah berasal dari siswa,
sedangkan metode sinektik masalah diberikan guru sesuai pokok bahasan yang
harus dibicarakan. Kemudian peserta pada pertemuan kelas, bukan teman sekelas,
sedangkan peserta pada metode sinektik semuanya teman sekelas. Tindak lanjut
yang merupakan tahap akhir pada pertemuan kelas tidak selalu ada pada metode
sinektik. Namun keduanya sama-sama mengembangkan daya pikir, nalar, spontanitas
dalam upaya siswa untuk memecahkan masalah. Metode sinektik yang melatih siswa
untuk memecahkan masalah cocok diberikan di SLTP karena menurut Piaget (1988:
242-245) hanya anak-anak yang berumur 11 tahun ke atas yang mampu memecahkan
masalah.
Dalam memecahkan masalah pada metode sinektik dibutuhkan kreativitas. Jika
seorang siswa terlibat dalam kreativitas, akan merasa “hidup” dan berbahagia di
tempatnya. Disadari atau tidak, barang-barang yang lebih menarik merupakan
hasil kreativitas.
Ada dua alasan utama mengapa penemuan-penemuan orang kreatif sangat penting,
yaitu: hasil kreativitas tersebut memperkaya kebudayaan dan secara tidak
langsung meningkatkan pengetahuan. Beberapa orang menyatakan kreativitas adalah
pengalih perhatian dari masalah yang membebani, tetapi justru masalah dapat
dipecahkan apabila kreatif. Kreativitas mampu menyediakan berbagai jawaban
untuk memecahkan masalah kehidupan. Kondisi ini terjadi karena manusia
dilahirkan atas dua hal yang bertentangan yaitu mementingkan kepentingan
pribadi dan mementingkan kepentingan orang lain, tetapi harus selalu dijaga
agar keduanya tetap seimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar